Minggu, 30 Juli 2006

RI GENCARKAN PENGEMBANGAN BIO-ENERGI

Andi Abdussalam

       Jakarta, 30/7 (ANTARA) - Menghadapi semakin berkurangnya cadangan migas dan harga minyak yang terus melambung di pasaran internasional, Pemerintah Indonesia terus mencari sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada BBM yang bersal dari fosil.

        Salah satu alternatif yang kini sedang digencarkan pemerintah adalah pengembangan bio-energi yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan seperti tanaman jarak, singkong, tebu, dan kelapa sawit.

        Pengembangan bio-energi tersebut diharapkan akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada BBM yang berasal dari fosil sebesar 10 persen pada 2010.

        Keseriusan pemerintah dalam pengembangan bio-energi dibuktikan dengan dibentuknya sebuah Tim Pengembangan Bio-energi Nasional yang diketuai mantan Menaker Al Hilal Hamdi.

        Keseriusan itu juga ditujukkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang baru-baru ini mengadakan sidang kabinet terbatas di Magelang, Jateng, untuk membahas kebijakan energi nasional dan program aksi pengembangan bio-energi.

        "Kita akan terus melakukan persiapan dan perencanaan tahun ini dan akan mulai melaksanakan program tersebut tahun depan," kata Presiden setelah memimpin sidang kabinet terbatas tersebut.

        Disamping mengurangi ketergantungan pada BBM, pengembangan bio-energi yang berasal dari tanaman jarak, singkong, tebu, dan kelapa sawit juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.

        "Pengembangan bio-energi atau bio-diesel akan memperluas lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, membantu pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menghijaukan kembali lahan kering," kata Presiden.

        Agar rencana pengembangan bio-energi tercapai, pemerintah menugaskan tim pengembangan bio-energi nasional itu untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dan program-program yang akan dilaksanakan.

        Tim nasional akan merumuskan antara lain kebijakan bidang pengembangan lahan, infrastruktur, pemerosesan produksi, pemasaran, dan pendanaan.

        Menurut Ketua Tim Al Hilal Hamdi, untuk pengembangan tanaman jarak, singkong, tebu, dan kelapa sawit sesuai target pemerintah sampai 2010, diperlukan lahan seluas 6,5 hektar dengan investasi sebesar Rp100 triliun yang akan membuka kesempatan kerja bagi sekitar tiga juta tenaga kerja baru.

        Dari 6,5 juta hektar itu, tiga juta hektar untuk tanaman kelapa sawit, 1,5 juta hektar untuk tanaman jarak, 1,5 hektar untuk tanaman singkong dan 500 ribu hektar untuk tanaman tebu.

        Investasi yang diperlukan untuk setiap hektar sebesar Rp30 juta untuk tanaman kelapa sawit, Rp15 juta untuk tanaman tebu, Rp3 juta untuk tanaman jarak, dan Rp3,5 juta untuk tanaman singkong.

        Selain itu, pemerintah juga merencanakan pembangunan 11 pabrik pengolahan tanam bio-energi dengan target produksi sebesar 187 juta liter mulai tahun depan dan sebesar 1,3 miliar liter pada 2010, atau setara tiga persen konsumsi BBM nasional 2005 yang berjumlah 41 juta kiloliter.

        Dengan program tersebut, diharapkan Indonesia akan mengurangi ketergantungannya pada BBM fosil sebesar 10 persen untuk sektor transportasi dan 50 persen untuk BBM pembangkit listerik pada 2010. Selain itu, Indonesia juga dapat menghemat devisa sebesar 10 miliar dan mengekspor sekitar 10 sampai 12 kiloliter bio-diesel.

        Untuk membuat program ini sukses, sektor pendanaan menjadi sangat penting. Untuk itu pemerintah mengimbau perbankan untuk turut membantu pendanaan pengembagan bio-energi, termasuk pengembangan tanaman jarak, singkong, dan tebu.

        "Kita minta dunia perbankan untuk berinvestasi di bidang pengembangan tanaman jarak, singkong, dan tebu untuk mendorong perekonomian pedesaan sekaligus membantu menghijaukan kembali lahan-lahan gundul," kata Menseneg Yusril Ihza Mahendra setelah mengikuti pertemuan yang membahas pengembangan energi alternatif di kantornya baru-baru ini.

        Memang bank merupakan sumber pendanaan yang sangat diharapkan membantu program yang sedang digencarkan pemerintah itu. Setidaknya, pemerintah mengharapkan dana sebesar Rp100 triliun dari bank untuk para petani kelapa sawit dan tanaman lainnya yang disiapkan untuk produksi bio-enersi.

        "Dana perbankan itu bisa untuk pengembangan kelapa sawit, singkong, dan tebu, sementara untuk pengembangan tanaman jarak pagar, danany bisa dari pemerintah," kata Al Hilal Hamdi.

        Menurut dia, pihak perbankan telah mengusulkan agar dana perbankan itu deberi subsidi dari pemerintah, sehingga para petani hanya akan membayar bunga sekitar 10 persen.

        Selain itu, pemerintah juga sedang mempersiapkan insentif bagi investasi, perdagangan, dan penelitian untuk mempercepat pengembangan bio-energi. "Kita sedang mempersiapkan insentif seperti pembebasan pajak dan pengurangan pajak bagi kegiatan penelitian serta pengurangan pajak pertambahan nilai," kata Hilal.

        Dalam ranka mendukung program pemerintah ini, banyak perusahaan, baik perusahaan dalam negeri maupun asing, telah menyatakan minat untuk berinvestasi di bidang pengembangan bio-energi.

        Menurut Hilal, perushaan-perusahaan yang telah berminat itu antara lain Sinar Mas, Agro Lestari, Molindo, dan PT HM Sampoerna, disamping BUMN dan koperasi.

        Sementara perusahaan asing yang menyatakan berminat berinvestasi di sektor ini antara lain CITIC dari China, Itochu dari Jepang, Greenenergy dari India, dan perushaan lainnya dari Amerika Serikta dan Italia. Persusahaan minyak dari Jepang, Nippon Oil Corporation juga sudah menyatakan niatnya untuk membangun pabrik bio-diesel di Jambi

        Sementar itu, Dekopin juga sedang merencanakan pemgangunan pabrik pengolahan minyak jarak. "Kami sedang mempertimbangkan membangun pabrik pengolahan minyak jarak, misalnya di Sukabumi yang dekat dengan Jakarta," kata Ketua Umum Dekopin Adi Sasono.

        Agar program pengembangan bio-energi lebih sukses, pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mengembangkan tanaman bio-energi. Pemerintah menjamin akan menyerap semua produksi bio-diesel berapapun jumlahnya. "Pertamina dan PLN siap menyerap semua produksi dari masyarakta," kata Menrestek Kusmayanto Kadiman. (T.A014/S005) (T.A014/B/S005/S005) 30-07-2006 22:44:18